Aku bermaksud membuka pintu ketika kudapati gerendelnya sudah tidak terpasang. Hari masih gelap, adzan Subuh baru berkumandang. Siapa yang barusan keluar rumah? Atau semalam lupa dikunci?
Tetapi samua pertanyaanku terjawab ketika kakiku melangkah sampai di teras. Pangon sedang menyapu halaman.
"Pagi sekali, Pangon?" Aku menyapanya.
"Ya Pak Haji. Sudah terbiasa begini."
"Ikut Shalat Subuh saja yuk," aku mengajaknya.
Anak kecil itu menggelengkan kepala. Aku bisa melihat sinar ingin tahu sekaligus semburat malu di tatapannya sehingga aku tidak memaksa.
"Kamu tidak pernah shalat ya?" Pertanyaanku kulempar dengan nada enteng agar tidak melukai hatinya. Anak itu menggelengkan kepala dengan polos.
"Nanti kuajari sepulang dari masjid," ujarku. Anak itu mengangguk.
Sepulang dari masjid aku benar-benar mengajarinya shalat dan dasar-dasar agama Islam.
"Memangnya kamu diajari agama apa sebelum ini?" Aku bertanya dalam suatu kesempatan.
Seperti biasa Pangon diam tidak menjawab. Sudah seminggu dia tinggal bersama para kuli di tokoku, tetapi sikapnya masih misterius. Dan aku tidak ingin memaksanya membuka diri.